tugas artikel wirelles pan dengan bluetoth

Pengertian Jaringan PAN (Personal Area Network)


Pengertian Jaringan PAN (Personal Area Network) - Personal area network (PAN) adalah jaringan komunikasi satu perangkat lain dengan perangkat lainnya dalam jarak sangat dekat, hanya dalam beberapa meter saja.

Jaringan PAN merupakan titik akses berbagai perangkat pribadi seperti komputer telpon, tvsistem keamanan rumah yang berbasis komunikasi data, maupun perangkat komunikasi publik seperti  internet.

Kontrol pada jaringan PAN dilakukan dengan authoritas pribadi, dan untuk Teknologi yang digunakan antara lain Wireless Application Protocol (WAP) dan Bluetooth. Jaringan PAN ini dihubungkan melalui bus yang ada pada komputer, seperti USB dan Firewire.
Pengertian Jaringan PAN (Personal Area Network)
Jaringan PAN

PAN atau Personal Area Network adalah jaringan komputer digunakan untuk komunikasi antara perangkat komputer,Jangkauan dari jaringan PAN biasanya hanya beberapa meter. Jaringan PAN dapat digunakan untuk komunikasi antara perangkat pribadi sendiri (komunikasiintrapersonal).
Jaringan PAN dapat digunakan untuk komunikasi antara perangkat pribadi mereka sendiri (intrapersonal komunikasi), atau untuk menghubungkan ke tingkat yang lebih tinggi dan jaringan Internet (an uplink).

Teknologi
Bluetooth PAN juga disebut piconet, dan terdiri dari 8 sampai perangkat aktif dalam hubungan tuan-budak (yang sangat besar jumlah perangkat yang dapat dihubungkan pada “parkir” mode). Perangkat Bluetooth pertama di piconet adalah master, dan semua perangkat yang berkomunikasi dengan slave master. Piconet biasanya memiliki jarak 10 meter, walaupun berkisar hingga 100 meter dapat dijangkau di bawah keadaan ideal.

Inovasi baru dalam Bluetooth antena ada diizinkan untuk perangkat ini sangat melebihi jangkauan untuk mereka yang pada awalnya dirancang. Pada DEF CON 12, sekelompok hacker yang dikenal sebagai “Flexilis” berhasil tersambung dua perangkat Bluetooth lebih dari setengah mil (800 m) itu. Mereka menggunakan antena dengan lingkup dan antena Yagi, semua terpasang ke senapan saham.

Skinplex, PAN teknologi lain, transmit melalui capacitive dekat bidang kulit manusia. Skinplex dapat mendeteksi dan berkomunikasi hingga satu meter dari tubuh manusia. Sudah digunakan untuk kontrol akses untuk mengunci pintu dan kemacetan perlindungan mobil di atap mobil.

Wireless PAN
WPAN (wireless personal area network) adalah jaringan area pribadi untuk jaringan yang terpusat di sekitar perangkat interconnecting perorangan dari kerja – di mana sambungan nirkabel. Umumnya, personal area jaringan nirkabel menggunakan beberapa teknologi yang  memungkinkan  komunikasi  dalam  waktu  sekitar 10 meter.

Dengan kata lain, yang sangat jarak dekat. Salah satu teknologi Bluetooth, yang digunakan sebagai dasar untuk sebuah standar baru, IEEE 802,15. baca juga cara daftar wifi id telkomsel

WPAN dapat melayani semua interkoneksi ke komputer dan berkomunikasi biasa pada perangkat yang memiliki banyak orang di meja mereka atau membawa mereka dengan hari ini – atau bisa melayani tujuan yang lebih khusus seperti mengizinkan ahli bedah  dan anggota tim lainnya untuk berkomunikasi selama suatu operasi.

Kunci konsep dalam teknologi WPAN dikenal sebagai “plugging dalam”. Dalam skenario yang ideal, jika dua-WPAN dilengkapi perangkat menjadi dekat (dalam beberapa meter dari satu sama lain) atau dalam waktu beberapa kilometer dari server pusat, mereka dapat berkomunikasi seakan-akan terhubung dengan kabel.

Fitur penting lain adalah kemampuan masing-masing untuk mengunci perangkat dari perangkat lain yang selektif, perlu mencegah gangguan  yang tidak sah atau akses informasi.

Teknologi untuk WPAN adalah dalam masa pertumbuhan yang cepat dan proses pembangunan. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi operasi halus di antara rumah atau bisnis perangkat dan sistem. Setiap perangkat di dalam WPAN akan dapat menyambungkan ke perangkat lain yang sama dalam WPAN, asalkan mereka dalam berbagai fisik satu sama lain.

Selain itu, seluruh dunia akan WPANs interkoneksi. Jadi, misalnya, sebuah situs dalam archeologist di Yunani mungkin menggunakan PDA akses langsung ke database di University of Minnesota di Minneapolis, dan untuk mengirimkan temuan itu ke database.

Rangkuman.
Personal Area Network (PAN) merupakan jaringan komputer yang digunakan untuk komunikasi antara komputer perangkat (termasuk telepon dan asisten pribadi digital) dekat dari satu orang. Perangkat mungkin atau tidak milik orang tersebut.

Jangkauan dari PAN  biasanya beberapa meter. PANs dapat digunakan untukkomunikasi antara perangkat pribadi mereka sendiri (intrapersonal komunikasi), atau untuk menghubungkan ke tingkat yang lebih tinggi dan jaringan Internet (an uplink).




sumber : https://blogjaringankomputerdasar.blogspot.com/2016/05/pengertian-jaringan-pan-personal-area.html
Baca Selengkapnya

Konfigurasi Keamanan Wireless mengenai temuan lemahnya WPA2

Dunia teknologi dikejutkan oleh penemuan Mathy Vanhoef. Peneliti keamanan asal Belgia dari Katholieke Universiteit Leuven itu akhir pekan lalu mempublikasikan temuan celah keamanan yang mampu membobol jaringan internet nirkabel Wi-Fi, meskipun terlindungi protokol keamanan W-Fi Protected Access II (WPA2).

Bernama key re-installation attack alias " Krack", celah keamanan ini bisa dipakai untuk menyadap aneka macam informasi yang dikirimkan oleh perangkat klien ke internet melalui jaringan Wi-Fi. "Ini dapat dimanfaatkan untuk mencuri data sensitif seperti nomor kartu kredit, password, pesan chat, email, foto, dan lain-lain," sebut peneliti Mathy Vanhoef dalam situs yang dikhususkan sebagai sumber informasi soal Kracks.

"Ini dapat dimanfaatkan untuk mencuri data sensitif seperti nomor kartu kredit, password, pesan chat, email, foto, dan lain-lain," sebut peneliti Mathy Vanhoef dalam situs yang dikhususkan sebagai sumber informasi soal Kracks.

Skala dampak Krack luar biasa besar, karena mencakup seluruh perangkat elektronik yang memiliki kemampuan Wi-Fi dengan WPA2. Jumlahnya jutaan, kalau bukan miliaran, mulai dari perangkat genggam, komputer, hingga kulkas pintar.

"Kelemahan ini ada di standar WI-Fi itu sendiri, bukan di produk atau implementasi tertentu secara individual. Karenanya, implementasi WPA2 apa pun pasti terdampak," lanjut Vanhoef. "Kalau perangkat Anda punya Wi-Fi, maka kemungkinan besar punya celah keamanan tersebut."

"Kalau perangkat Anda punya Wi-Fi, maka kemungkinan besar punya celah keamanan tersebut."

Handshake

Bagaimana cara kerja Krack? Saat perangkat klien ingin tersambung dengan jaringan Wi-Fi terproteksi, akan dilakukan proses "4-way handshake" untuk memastikan bahwa kedua pihak memiliki password yang sama.

Di saat bersamaan, 4-way handshake juga dipakai membuat kunci enkripsi yang akan digunakan dalam enkripsi trafik data antara perangkat klien dengan access point. Kunci inilah yang diincar lewat celah keamanan Krack.

"Untuk menjamin keamanan, kunci keamanan hanya boleh dipasang dan digunakan sekali saja. Sayangnya, hal tersebut tidak dijamin oleh protokol WPA2. Dengan memanipulasi handshake kriptografis, kami bisa memanfaatkan kelemahan dimaksud," terang Vanhoef. 

Dalam proses 4-way handshake, kunci enkripsi akan dibuat dan dipasang saat perangkat klien menerima pesan ketiga dari AP. Namun, karena pesan ini bisa tak diterima dengan baik -misalnya karena sinyal lemah-, AP bisa mengirim pesan ketiga secara berulang kali. 

Tiap kali klien menerima pesan ketiga, kunci enkripsi yang sama akan dipasang. Bit identifikasi sekuriti (nonce) pun akan mengalami reset. Penyerang yang memanfaatkan celah keamanan Krack bisa memaksa reset nonce dengan mengambil dan menyiarkan pesan ketiga dalam 4-way handshake secara berulang-ulang. 

"Dengan memaksa nonce agar digunakan ulang dengan cara ini, sebuah protokol enkripsi bisa diserang, misalnya untuk mencegat, mendekripsi, atau memalsukan paket data," imbuh Vanhoef.

Man in the middle 

Lewat sebuah video, Vanhoef mendemonstrasikan cara kerja serangan cyber dengan eksploitasi celah keamanan Krack. 

Dia menggunakan sebuah perangkat Android yang tersambung ke sebuah jaringan Wi-Fi resmi. Vanhoef kemudian membuat sebuah network Wi-Fi palsu dengan nama (SSID) yang sama dengan Wi-Fi resmi. 

Ketika perangkat Android sasaran hendak terkoneksi ke Wi-Fi resmi, dia menyiarkan paket khusus (Channel Switch Announcement beacon) agar target terjebak beralih ke jaringan Wi-Fi palsu. Setelah berada dalam posisi man-in-the middle antara perangkat sasaran dan AP Wi-Fi resmi inilah, Vanhoef memanfaatkan celah keamanan Krack untuk membongkar kunci enkripsi lewat 4-way handshake. 

Isi paket data yang dikirim oleh target ke AP pun bisa diintip dengan aplikasi-aplikasi packet analyzer macam Wireshark. Tak berhenti sampai di situ, Vanhoef bisa memakai script khusus bernama SSLstrip untuk menurunkan tingkat keamanan situs-situs HTTPS (diamankan dengan enkripsi) yang dikunjungi oleh ponsel sasaran menjadi HTTP (tanpa enkripsi). Kalau sudah begini, informasi apa pun yang diketikkan oleh target, misalnya username dan password ketika login ke layanan online, bisa bebas diintip penyerang.

 Untuk bisa melancarkan serangan dengan memanfaatkan celah keaman Krack, seorang hacker secara fisik harus berada di dekat perangkat yang disasar, karena metode ini bergantung pada jangkauan Wi-Fi. Serangan tak bisa dilakukan secara remote lewat internet.

Video: Proof of Concept - KRACK Attack
Sebagai pembuktian teknik hacking KRACK, kamu bisa melihatnya melalui video berikut ini:


sumber :
https://tekno.kompas.com/read/2017/10/17/19290067/cara-krack-bobol-keamanan-hampir-semua-wifi-di-dunia?page=all

https://jalantikus.com/news/19698/serangan-wifi-krack-attack/


Baca Selengkapnya

ARSITEKTUR WIRELESS LAN

Arsitektur Jaringan LAN
BASIC SERVICE SET  (BSS)

Basic Service Set merupakan suatu konfigurasi wireless LAN dimana terdapat sebuah access point terhubung pada jaringan wired dan station wireless. Basic Service Set terdiri dari hanya satu access point dan satu atau lebih wireless client, seperti terlihat pada gambar 2.10 ini. BSS menggunakan jaringan infrastructure. Jaringan infrastructure merupakan suatu bentuk jaringan wireless LAN dimana menggunakan access point dan semua komunikasi wireless harus melewati access point atau tidak ada transmisi langsung client-to-client. Masingmasing wireless client harus menggunakan access point untuk berkomunikasi dengan wireless client atau wired host dalam suatu jaringan. BSS mencakup wilayah sebuah single cell, atau satu area RF, dari sekeliling area access point. Kecepatan data pada daerah wilayah ini tergantung pada teknologi yang digunakan. Jika suatu BSS dibangun pada teknologi 802.11b maka pada wilayah lingkaran konsentris ini mempunyai kecepatan data 1, 2, 5,5 dan 11 Mbps. Sebuah BSS mempunyai satu SSID.12 

Extended Service Set (ESS)

Extended Service Set didefinisikan sebagai sebuah konfigurasi wireless LAN yang terdiri dari dua atau lebih Basic Service Set yang terhubung menjadi satu dalam suatu Distibution System (DS). Konfigurasi Extended Service Set (ESS) terlihat seperti gambar 2.11. Suatu sistem ESS sedikitnya memiliki dua access point, hal ini menyebabkan jangkauan area dari sistem wireless tersebut menjadi luas. Pada ESS, juga hampir sama dengan BSS dimana semua pengiriman paket komunikasi harus melalui access point terlebih dahulu. Selain itu karakteristik dari ESS menurut 802.11 standar adalah ESS terdiri dari beberapa cell yang dapat atau tidak terjadinya roaming dan tidak selalu sama SSID-nya. 
Independent Basic Service Set (IBSS)

ndependent Basic Service Set dapat disebut juga dengan jaringan Ad-Hoc. Pada IBSS tidak terdapat access point dalam suatu Distribution System atau dapat dikatakan pada jaringan ini station berdiri sendiri-sendiri dimana station-station berkomunikasi dengan cara peer to peer. 13 Gambar 2.12 menggambarkan jaringan IBSS. Jaringan Ad-Hoc atau IBSS ini dapat dibuat secara spontan dan dengan cepat. Komunikasi antar station pada IBSS dengan cara mengirimkan beacon karena tidak menggunakan access point. Beacon (kependekan dari beacon  management frame) adalah frame pendek yang dikirim dari access point ke station (pada infrastruktur mode) atau station-to-station (pada ad hoc mode) dalam rangka untuk mengorganisasi dan mensinkronisasi komunikasi wireless
pada wireless LAN. Untuk transmitting data ke luar sistem IBSS, maka salah satu station pada IBSS tersebut harus diatur sebagai gateway atau router. 


ARSITEKTUR WLAN CENTRALIZED DAN DISTRIBUTED

Ada dua pendekatan utama untuk menyebarkan WLAN Networks .
Dua pendekatan memiliki beberapa perbedaan filosofis dasar yang dapat memiliki dampak besar pada biaya penyebaran, keamanan dan pengelolaan.

arsitektur pertama yang akan disajikan adalah yang disebut “Sentralisasi” arsitektur WLAN. Arsitektur terpusat membutuhkan satu atau lebih server atau switch tujuan khusus (Mobility controller) akan dikerahkan dalam hubungannya dengan titik akses nirkabel. By Default Dalam pendekatan terpusat, semua lalu lintas nirkabel dikirim melalui WLAN Beralih. Dalam kedua kasus, pendekatan terpusat dianggap menjadi “Overlay” arsitektur. Artinya, naik di atas Jaringan Ethernet yang ada.

Pendekatan lain adalah “Distributed” arsitektur WLAN. AP telah Built-in WLAN Security, layer 2 bridging, dan fitur kontrol akses. Tergantung pada jumlah Aps diperlukan, manajemen terpusat mungkin diperlukan. vendor AP didistribusikan dapat menyediakan alat-alat manajemen terpusat atau AP akan bertindak sebagai virtual Mobility Controller.

Data Forwarding:
Distributed (Tersebar) arsitektur WLAN adalah bahwa beban lalu lintas nirkabel secara harfiah didistribusikan di seluruh Aps dan tidak tergantung pada elemen terpusat untuk memproses semua lalu lintas nirkabel.

Centralized (Terpusat) arsitektur WLAN menawarkan lebih banyak pilihan, dan dengan demikian lebih fleksibel, dari “Distributed” model arsitektur WLAN. Dengan controller, organisasi dapat memilih untuk meneruskan lalu lintas lokal di AP (mirip dengan metode yang digunakan dalam “Terdistribusi” arsitektur WLAN),

Atau mereka dapat memilih untuk terowongan jenis lalu lintas tertentu kembali ke controller untuk alasan keamanan. Dengan “Terpusat” organisasi arsitektur WLAN memiliki fleksibilitas untuk mencampur dan mencocokkan pendekatan ini sesuai.

Deployment Skenario:
Dalam Distributed arsitektur WLAN, Anda perlu mengkonfigurasi ulang lapisan akses Anda dengan penambahan masing-masing AP baru. Karena itu perlu untuk mengkonfigurasi semua virtual LAN (VLAN) pada port switch yang diperlukan oleh masing-masing AP baru, administrator jaringan Anda harus mengkonfigurasi switch kabel lemari bahwa setiap AP baru terhubung ke. Misalnya, Anda mungkin memiliki VLAN untuk akses tamu, VLAN untuk akses perusahaan, dan VLAN untuk akses khusus (seperti VoIP). Semua VLAN ini harus dikonfigurasi setiap kali Anda menambahkan AP baru.

Dengan Centralized arsitektur WLAN, itu jauh lebih mudah untuk menambahkan Aps ketika kita mengirimkan lalu lintas ke controller dengan modus Tunnel. Lapisan akses dikonfigurasi sekali pada handoff ke controller dan sistem mengelola sisanya. Terpusat controller menyediakan fungsionalitas yang kaya untuk mengotomatisasi kompleksitas penyebaran, menghilangkan kebutuhan untuk sering, perubahan rawan kesalahan ke lapisan akses. Anda hanya pasang di AP dan secara otomatis diri mengkonfigurasi.

Namun jika kita diperlukan beberapa AP dikonfigurasikan untuk (mode bridge) mengirimkan lalu lintas lokal di “Sentralisasi” arsitektur WLAN, mereka AP perlu untuk mengkonfigurasi semua virtual LAN (VLAN) pada port switch yang diperlukan.

Centralized Architecture

Sistem terpusat (centralisasi) adalah system dimana seluruh data dan program yang diolah diletakan dipusat komputer (server), sedangkan terminal hanya berfungsi untuk menginput data dari Keyboard saja. Sistem terpusat ini juga dikenal dengan istilah Dumb Terminal, dimana pada terminal/workstation yang ada hanya keyboard dan monitor. Yang memakai system ini adalah Mainframe dan komputer mini.
Sistem terpusat mempunyai beberapa kelebihan :
1. Pemakaian menjadi sangat efesien
2. Standarisasi mudah diterapkan
3. Sistem keamanan lebih terjamin

Disamping kelebihan di atas system terpusat juga mempunyai kekurangan antara lain :
1. Bila server pusat mengalami kerusakan, maka seluruh system tidak dapat berfungsi
2. Kurang fleksibel dalam pelayanan, karena client diatur penuh di pusat
3. Bila beban Router sangat besar, maka unjuk kerja system akan turun.
Distributed Architecture

Sistem Tersebar (terdistribusi), adalah system yang mempunyai banyak AP/Router. Masing-masing disimpan pada lokasi geografis berbeda, berdiri sendiri dan saling berintegrasi.
Keuntungan dari system tersebar adalah :

  1. Mengatasi masalah beban kerja server pusat
  2. Bila server mati maka AP dapat masih bias digunakan untuk sharing data antar komputer
  3. Kerusakan pada salah satu AP/Router berakibat kecil terhadap keseluruhan system
  4. Mengurani beban server, karena pengalamatan dihendel masing masing AP
  5. Dapat digunakan untuk multi user

Kelemahannya :

  1. Dibutuhkan biaya yang cukup besar
  2. Boros dalam system peralatan
  3. Proses data agak lambat dibandingkan dengan system terpusat.
  4. Membahayakan dari segi keamanan data karena pemakai diberi keleluasaan kerja pada komputer local.


Sumber :
https://xsan14.wordpress.com/2008/12/19/arsitektur-wireless-lan/
https://community.arubanetworks.com/t5/tkb/articleprintpage/tkb-id/Mobility-Hero-Tutorials/article-id/56
http://www.cisco.com/c/en/us/about/press/internet-protocol-journal/back-issues/table-contents-13/wireless-lan-switches.html
http://support.huawei.com/enterprise/documentOnline?contentId=DOC1000039133&sendFrom=mobile&currentPartNo=10072&togo=content
https://gohaku99.wordpress.com/2009/02/17/sistem-terdistribusi-vs-sistem-terpusat/
https://gudanginformasi007.wordpress.com/2017/03/27/arsitektur-wlan-centralized-dan-distributed/
Baca Selengkapnya

Perbedaan FHSS, DSSS, dan OFDM. di Lengkapi dengan Ilustrasi.

PERBANDINGAN FHSS dan DSSS
(Teknologi Spread Spectrum)


A. Narrow band transmission

Untuk membahas pengertian spread spectrum kita harus terlebih dahulu memiliki suatu referensi dengan membahas konsep narrow band transmission. Narrow band transmission merupakan suatu teknologi komunikasi yang hanya menggunakan spektrum frekuensi sekadar cukup untuk membawa sinyal data, tidak lebih dari itu. Memang telah menjadi misi FCC untuk sedapat mungkin menghemat penggunaan frekuensi, yaitu dengan memberikan sebatas yang diperlukan untuk membuat agar fungsi dapat berjalan. Bertentangan dengan misi FCC di atas, teknologi spread spectrum justru menggunakan band frekuensi yang jauh lebih lebar dibanding dengan frekuensi yang dibutuhkan untuk memancarkan.
Sinyal dapat dinyatakan bersifat spread spectrum jika bandwidth-nya jauh lebih lebar jika dibandingkan dengan bandwidth yang dibutuhkan untuk mengirim informasi. Gambar 1 mengilustrasikan perbedaan antara narrowband transmission dan spread spectrum transmission. Agar sinyal narrowband dapat diterima, maka sinyal-sinyal itu harus dapat bertahan di atas general noise level, yang disebut noise floor, hingga suatu taraf yang signifikan. Karena lebar band- nya terlalu sempit, maka suatu peak power tinggi mampu menjamin penerimaan sinyal narrowband secara sempurna.

Amplitude
Gambar 1. Narrowband vs. spread spectrum dalam hal domain
 frekuensi.
Selain kebutuhan peak power tinggi untuk pengiriman sinyal, kelemahan lain dari narrowband transmission adalah bahwa sinyal narrowband dapat di-jam atau mudah sekali mengalami interferensi. Jamming adalah tindakan secara sengaja untuk menindih suatu transmisi dengan daya lebih tinggi menggunakan sinyal yang tak diinginkan pada band yang sama. Karena band-nya terlalu sempit,
 
maka sinyal-sinyal band lainnya, termasuk derau, dapat sepenuhnya melenyapkan informasi melalui overpowering atas suatu narrowband transmission.

1.2 Teknologi Spread Spectrum

Teknologi spread spectrum memungkinkan kita untuk membawa sejumlah informasi yang sama seperti yang dapat dikirimkan dengan menggunakan narrowband carrier signal dan menyebarkan sinyal itu pada kisaran frekuensi yang jauh lebih besar. Sebagai contoh, kita mungkin menggunakan 1 MHz pada 10 Watt dengan narrowband, namun pada spread spectrum kita dapat menggunakan 20 MHz pada 100 mW. Dengan menggunakan spektrum frekuensi yang lebih lebar, kita dapat memperkecil kemungkinan bahwa data akan mengalami perubahan/pengurangan (corrupted) atau jamming. Suatu upaya jamming terhadap narrow band pada suatu sinyal spread spectrum kemungkinan besar akan digagalkan oleh sebagian kecil informasi yang masuk ke dalam kisaran frekuensi narrowband signals. Sebagian besar data digital akan diterima secara sempurna. Radio RF spread spectrum yang ada sekarang dapat memancarkan kembali sejumlah kecil data yang hilang akibat interferensi narrowband.

Agar suatu sinyal dikelompokkan sebagai spread spectrum, sinyal itu harus menggunakan daya yang rendah. Dua karakteristik spread spectrum ini (penggunaan band frekuensi lebar dan daya yang sangat rendah) membuat sinyal ini seolah-olah merupakan sinyal derau bagi sebagian besar penerima.

2.1 Bagaimana FHSS Bekerja
Dalam frequency hopping systems, carrier atau pembawa mengubah-ubah frekuensi, atau melompat, menurut urutan yang bersifat pseudorandom. Urutan pseudorandom merupakan suatu daftar beberapa frekuensi ke arah mana pembawa akan melompat pada suatu interval waktu yang ditetapkan sebelum terjadi pengulangan pola tersebut. Transmiter menggunakan urutan lompatan ini untuk memilih
 
frekuensi pancarnya. Pembawa masih akan berada pada suatu frekuensi tertentu selama jangka waktu yang ditetapkan (yang dikenal dengan dwell time), dan kemudian menggunakan sedikit waktu untuk melompat ke frekuensi berikutnya (hop time). Bilamana daftar frekuensi tersebut telah terpakai semua, maka transmiter atau pemancar akan mengulangi urutan tersebut.

Gambar 2 memperlihatkan suatu frequency hopping system yang menggunakan urutan lompatan (hop sequence) 5 frekuensi pada suatu band yang berukuran 5 MHz. Dalam contoh ini urutannya adalah:
1. 2.449 GHz 3. 2.448 Ghz
2. 2.452 GHz 4. 2.450 Ghz
3. 2.448 GHz 5. 2.451 Ghz

Gambar 2. Single frequency hopping system
Setelah radio memancarkan informasi pada pembawa 2.451 GHz, radio tersebut akan mengulang hop sequence (urutan lompatan), kemudian dimulai lagi dari frekuensi 2.449 GHz. Proses pengulangan urutan lompatan akan terus berlanjut hingga informasi diterima secara lengkap. Radio Penerima disinkronisasi terhadap hop sequence radio pemancar agar dapat menerima frekuensi yang sesuai pada waktu yang tepat. Sinyal kemudian didemodulasi dan digunakan oleh komputer penerima.

Efek Interferensi Narrow Band

Frequency hopping merupakan suatu metode pengiriman data dimana sistem transmisi dan penerima melompat menurut pola frekuensi berulang secara bersamaan. Seperti pada kasus dalam semua teknologi spread spectrum, frequency hopping system bersifat tahan/resisten – namun tidak kebal – terhadap interferensi narrow band. Pada contoh kami dalam Gambar 2, jika terdapat suatu sinyal yang mengganggu atau berinterferensi dengan sinyal pada frequency hopping system, misalnya 2.451 GHz, maka hanya porsi sinyal spread spectrum itu yang hilang. Sinyal spread spectrum lainnya masih akan tetap utuh, dan data yang hilang akan dikirimkan kembali.

Pada kenyataannya, suatu sinyal narrow band pengganggu mungkin menempati beberapa megahertz pada bandwidth. Karena frequency hopping band memiliki lebar lebih dari 83 MHz, sinyal pengganggu ini hanya akan menimbulkan sedikit degradasi (pemburukan) sinyal spread spectrum.

2.3 Frequency Hopping Systems

Pekerjaan dari IEEE adalah menciptakan standar operasi dalam bingkai peraturan yang diciptakan oleh FCC. IEEE dan OpenAir standard berkenaan dengan FHSS system menggambarkan:

Band frekuensi mana yang harus digunakan
Hop sequence
Dwell times
Data rates

IEEE 802.11 standard menetapkan data rates sebesar 1 Mbps dan 2 Mbps dan OpenAir (suatu standar yang diciptakan oleh forum antar operasi LAN nirkabel yang sekarang tidak berfungsi) menetapkan data rates sebesar 800 kbps dan 1.6 Mbps. Agar suatu frequency hopping systems berada pada 802.11 atau sesuai dengan OpenAir, maka ia harus beroperasi pada band frekuensi 2.4 GHz ISM (yang didefinisikan oleh FCC berada pada kisaran dari 2.4000 GHz sampai 2.5000 GHz). Kedua standar ini memungkinkan operasi pada kisaran frekuensi 2.4000 GHz sampai 2.4833 GHz.

Saluran

Suatu frequency hopping system akan bekerja menggunakan suatu pola lompatan khusus yang disebut saluran (channel). Frequency hopping system secara tipikal menggunakan 26 pola lompatan standar dari FCC dan sebagian dari pola itu. Beberapa frequency hopping system memungkinkan penciptaan suatu pola lompatan yang disesuaikan dengan kebutuhan (custom hop patterns), dan sistem-sistem yang lain bahkan memungkinkan sinkronisasi antar sistem untuk sepenuhnya mengeliminasi kolisi atau benturan dalam suatu lingkungan yang digunakan bersama.

Frequency hopping sistem yang menempati lokasi
 secara bersamaan.
Sekalipun dimungkinkan untuk memiliki hingga sebanyak 79 titik-titik akses tersinkronisasi yang menempati suatu lokasi secara bersamaan, namun dengan pola banyak sistem ini, masing- masing frequency hopping radio akan memerlukan sinkronisasi yang presisi dengan semua radio lainnya agar tidak saling mengganggu (atau memancar pada frekuensi yang sama seperti) frequency hopping radio lainnya di kawasan itu. Biaya untuk satu set sistem semacam itu memang memberatkan dan pada umumnya tidak dipandang sebagai

suatu pilihan. Jika digunakan radio-radio yang tersinkronisasi, maka pengeluarannya hanya membolehkan maksimum 12 sistem yang menempati lokasi bersama.

Jika digunakan radio-radio non-sinkronisasi, maka 26 sistem dapat ditempatkan bersama-sama dalam suatu lokasi LAN nirkabel; jumlah ini dianggap merupakan jumlah maksimum dalam suatu LAN nirkabel dengan tingkat lalu lintas sedang. Meningkatnya lalu lintas komunikasi secara signifikan atau pengiriman file besar secara rutin memberikan batasan praktis atas jumlah sistem yang menempati lokasi yang sama maksimum sebanyak 15. Lebih dari 15 frequency hopping system yang berada dalam lingkungan ini akan saling mengganggu hingga tingkat dimana kolisi (benturan sinyal) akan mulai mengurangi throughput agregat dari LAN nirkabel.

Dwell Time

Pada saat membahas frequency hopping system, kita membahas sistem yang harus memancar pada suatu frekuensi yang telah ditetapkan untuk jangka waktu tertentu, dan kemudian melompat ke frekuensi yang berbeda untuk meneruskan transmisi. Pada saat frequency hopping system memancar pada suatu frekuensi, maka proses pemancaran ini harus berlangsung selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini disebut dwell time. Setelah dwell time habis, maka sistem ini beralih ke suatu frekuensi berbeda dan mulai memancar lagi.

Anggaplah suatu frequency hopping system hanya memancar pada dua frekuensi, yaitu 2.401 GHz dan 2.402 GHz. Sistem tersebut akan memancar pada frekuensi 2.401 selama jangka dwell time – misalnya 100 milidetik (ms). Setelah 100 milidetik radio tersebut akan mengubah frekuensi pemancarnya menjadi 2.402 GHz dan mengirimkan informasi pada frekuensi itu selama 100 milidetik. Karena dalam contoh kami, radio tersebut hanya menggunakan frekuensi 2.401 dan 2.402 GHz maka radio tersebut akan melompat kembali ke frekuensi 2.401 dan memulai proses tersebut secara berulang-ulang.

Hop Time

Pada saat mempertimbangkan aksi lompatan frekuensi dari suatu frequency hopping radio, dwell time hanya merupakan salah satu pertimbangan. Pada saat suatu frequency hopping radio melompat dari frekuensi A ke frekuensi B, maka ia harus mengubah frekuensi pancar dalam salah satu dari dua cara. Radio tersebut harus beralih ke suatu rangkaian yang berbeda yang telah diselaraskan dengan frekuensi baru tersebut, atau ia harus mengubah sebagian elemen dari rangkaian yang ada untuk menyelaraskan dengan frekuensi baru tersebut. Pada tiap cara, proses peralihan ke frekuensi baru harus tuntas sebelum transmisi dapat dijalankan kembali, dan perubahan ini membutuhkan waktu karena adanya latensi listrik yang inheren dalam sistem rangkaian. Terdapat sedikit waktu selama perubahan frekuensi ini dimana radio tersebut tidak memancar, yang disebut hop time. Hop time diukur dalam mikrodetik (μs) dan dengan dwell time yang relatif panjang yaitu sekitar 100-200 ms, hop time menjadi tidak signifikan. Sistem FHSS 802.11 yang tipikal melompat antar saluran dalam waktu 200-300 μs.

Frequency Hop Sequence: 1, 3, 2, 4
Dengan dwell time yang sangat singkat 500-600 μs, seperti yang digunakan dalam beberapa frequency hopping system seperti

Bluetooth, hop time dapat menjadi sangat signifikan. Jika kita memperhatikan efek hop time sehubungan dengan throughput data, kita menemukan bahwa semakin lama hop time jika dibanding dengan dwell time, maka semakin lambat pula laju transmisi data yang diukur dalam bit.

Fakta ini secara kasar dapat dituangkan menjadi: semakin lama dwell time = semakin besar throughtput.

2.3.4 Dwell Time Limits

FCC mendefinisikan maksimum dwell time dari suatu frequency hopping spread spectrum system pada 400 ms per carrier frequency dalam periode waktu 30 detik. Sebagai contoh, jika suatu transmiter (pemancar) menggunakan frekuensi selama 100 ms, kemudian melompat melalui urutan keseluruhan 75 hop (lompatan) (tiap hop memiliki dwell time yang sama 100 ms) yang kemudian kembali ke frekuensi asal, maka transmisi itu menghabiskan waktu sedikit di atas 7.5 detik dalam hopping sequence ini. Alasan mengapa besar waktunya tidak tepat 7.5 detik adalah karena adanya hop time. Proses pelompatan melalui hop sequence 4 kali berturut-turut akan menghasilkan 400 ms untuk tiap frekuensi pembawa (carrier frequency) selama kerangka waktu yang mencapai 30 detik (7.5 detik x 4 lewatan melalui hop sequence) yang diijinkan oleh peraturan FCC. Contoh lain bagaimana suatu FHSS sistem mungkin berada dalam peraturan FCC adalah dwell time selama 200 ms yang melewati hop sequence hanya 2 x dalam 30 detik atau dwell time sebesar 400 ms yang melewati hop sequence hanya satu kali 30 detik. Skenario manapun yang digunakan sangat cocok bagi pabrik untuk implementasinya. Perbedaan utama antara masing-masing dari skenario ini adalah bagaimana hop time mempengaruhi throughput. Penggunaan dwell time 100 ms, empat kali sebanyak hop harus dilakukan seperti pada saat menggunakan dwell time 400 ms. Hopping time tambahan ini menurunkan sistem throughput.
Biasanya, frequency hopping radio tidak akan diprogram untuk beroperasi pada batas resmi ini; namun masih disediakan ruang antara batas resmi dan kisaran operasi yang sebenarnya untuk memberikan sedikit keleluasaan pengaturan bagi operator. Dengan menyesuaikan dwell time, seorang administrator dapat mengoptimalkan jaringan FHSS untuk areal dimana terdapat banyak interferensi atau sangat sedikit interferensi. Pada suatu areal dimana terdapat sedikit interferensi, maka diinginkan adanya dwell time yang lebih lama dan karenanya diinginkan throughput yang lebih besar. Sebaliknya, pada areal dimana terdapat banyak interferensi dan banyak retransmisi diperlukan karena terdapat paket data yang tidak sempurna (corrupted), maka diperlukan dwell time yang lebih singkat.

Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)

Direct sequence spread spectrum merupakan jenis spread spectrum yang paling luas dikenal dan paling banyak digunakan, karena sistem ini dikenal paling mudah implementasinya dan memiliki data rate yang tinggi. Sebagian besar peralatan atau piranti LAN nirkabel yang ada di pasaran sekarang ini menggunakan teknologi DSSS. DSSS merupakan suatu metode untuk mengirimkan data dimana sistem pengirim dan penerima keduanya berada pada set frekuensi yang lebarnya adalah 22 MHz. Saluran yang lebar ini memungkinkan piranti untuk memancarkan lebih banyak informasi pada data rate yang lebih tinggi dibanding FHSS system yang ada sekarang.

Bagaimana DSSS Bekerja

DSSS menggabungkan sinyal data pada stasiun pengirim dengan suatu data rate bit sequence yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai chipping code atau processing gain. Processing gain yang tinggi meningkatkan tahanan sinyal terhadap interferensi. Linear processing gain minimum yang diijinkan oleh FCC adalah 10, dan sebagian besar produk yang ada di pasaran bekerja di bawah 20. Kelompok kerja 802.11 IEEE telah menetapkan persyaratan processing gain minimum sebesar 11. Proses direct sequence dimulai dengan suatu carrier yang dimodulasi dengan suatu code sequence. Jumlah “chips” dalam code tersebut akan menentukan seberapa besar penyebaran (spreading) terjadi, dan jumlah chip per bit dan laju code (dalam chip per detik) akan menentukan data rate.

Direct Sequence System

Pada 2.4 GHz ISM band, IEEE menetapkan penggunaan DSSS pada data rate 1 atau 2 Mbps menurut standar 802.11. Menurut standar 802.11b – yang kadang-kadang disebut high-rate wireless – ditetapkan data rate sebesar 5.5 dan 11 Mbps.

Piranti IEEE 802.11b yang bekerja pada 5.5 atau 11 Mbps mampu berkomunikasi dengan piranti-piranti 802.11 yang bekerja pada 1 atau 2 Mbps karena standar 802.11b menyediakan backward compatibility.
User yang menggunakan piranti-piranti 802.11 tidak perlu meng-upgrade keseluruhan piranti LAN nirkabel mereka untuk dapat menggunakan piranti-piranti 802.11b pada jaringan mereka.

Tambahan terbaru terhadap daftar piranti yang menggunakan teknologi direct sequence adalah standar IEEE 802.11a, yang menetapkan unit-unit yang dapat bekerja pada lebih dari 54 Mbps. Sayangnya, untuk para pengguna piranti 802.11 dan 802.11b, piranti 802.11a tidak sepenuhnya kompatibel dengan 802.11b karena ia tidak menggunakan band frekuensi 2.4 GHz, namun menggunakan UNII band 5 GHz.
Untuk sementara waktu, hal ini masih menjadi masalah karena banyak user ingin memanfaatkan teknologi direct sequence yang bisa mengirimkan data pada data rate 54 Mbps, namun tidak ingin mengeluarkan biaya untuk upgrade LAN nirkabel secara menyeluruh. Oleh karena itu, belakangan ini, standar IEEE 802.11g mendapat persetujuan untuk menetapkan sistem direct sequence yang bekerja pada 2.4 GHz ISM band yang dapat mengirimkan data hingga mencapai data rate sebesar 54 Mbps. Teknologi 802.11g menjadi teknologi 54 Mbps pertama yang memiliki backward compatibility dengan piranti 802.11 dan 802.11b. Sejak penulisan ini, draft pertama dari standar 802.11g telah disetujui sebagai standar di masa yang akan datang, namun spesifikasi standar baru ini masih dalam bentuk draft. Informasi yang lebih lengkap mengenai standar 802.11g bisa diperoleh pada situs

Saluran

Berbeda dengan frequency hopping system yang menggunakan hop sequences untuk mendefinisikan saluran, direct sequence system menggunakan suatu definisi saluran yang lebih konvensional. Tiap saluran merupakan suatu band frequensi yang bersebelahan yang lebarnya 22 MHz, dan frekuensi pembawa 1 MHz digunakan dengan FHSS. Saluran 1, misalnya, bekerja dari frekuensi 2,401 GHz sampai 2,432 GHz (2,412 GHz ± 11 MHz); saluran 2 bekerja dari 2,406 sampai 2,429 GHz (2.417 ± 11 MHz), dan seterusnya. Gambar 4 mengilustrasikan penjelasan ini.

Alokasi saluran DSSS dan hubungan spektralnya
Diagram pada Gambar 5 memuat daftar lengkap saluran yang digunakan di AS dan Eropa. Spesifikasi standar 802.11b hanya menetapkan 11 saluran untuk pemakaian tanpa ijin di AS. Kita dapat melihat bahwa saluran 1 dan 2 bertumpang tindih (overlap) dengan suatu besaran yang signifikan. Tiap frekuensi yang dicantumkan pada diagram ini dianggap merupakan frekuensi sentral. Dari frekuensi sentral ini, ditambahkan dan dikurangkan 11 MHz untuk mendapatkan saluran dengan lebar 22 MHz yang terpakai. Sekarang mudah dilihat bahwa saluran-saluran di dekatnya (saluran yang secara langsung bersebelahan satu sama lain) akan bertumpang-tindih secara signifikan.

ID Saluran Frekuensi Frekuensi
saluran FCC saluran ETSI
1 2,412 N/A
2 2,417 N/A
3 2,422 2,422
4 2,427 2,427
5 2,432 2,432
6 2,437 2,437
7 2,442 2,442
8 2,447 2,447
9 2,452 2,452
10 2,457 2,457
11 2,462 2,462

Penetapan frekuensi saluran DSSS

Pemakaian sistem DSSS dengan saluran-saluran yang bertum-pang-tindih (overlapping channel) akan menimbulkan interferensi antar-sistem tersebut. Karena frekuensi-frekuensi sentral berjarak 5 MHz dan saluran-salurannya memiliki lebar 22 MHz, maka saluran-saluran hanya boleh ditempatkan pada lokasi yang sama jika jumlah salurannya 5, yang terpisah satu sama lain: saluran 1 dan 6 tidak bertumpang-tindih, saluran 2 dan 7 tidak bertumpang-tindih, dan seterusnya. Terdapat maksimum 3 sistem sekuens langsung yang mungkin yang dapat ditempatkan pada lokasi yang sama karena saluran 1, 6 dan 11 merupakan saluran-saluran yang tidak bertumpang-tindih secara teoritis. Tiga saluran yang tidak bertumpang-tindih itu digambarkan pada Gambar 6.

Istilah “secara teoritis” digunakan di sini karena, seperti yang akan kita bahas pada Bab 9 – Pelacakan Gangguan, saluran 6 pada kenyataannya dapat bertumpang-tindih dengan saluran 1 dan 11 (yang bergantung pada peralatan yang digunakan dan jarak antar sistem), yang dapat menimbulkan degradasi koneksi dan kecepatan LAN nirkabel.

Saluran DSSS yang tidak bertumpang-tindih
Membandingkan FHSS dan DSSS

Baik teknologi FHSS maupun DSSS memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri, dan administrator LAN nirkabel berkewajiban untuk memberikan bobot pertimbangan yang tepat untuk masing-masing sistem saat memutuskan bagaimana mengimplementasikan suatu LAN nirkabel. Bagian ini akan mencakup beberapa faktor yang harus dibahas pada saat menentukan teknologi mana yang cocok untuk perusahaan anda, yang meliputi:

Interferensi narrowband
Co-lokasi
Biaya
Kompatibilitas dan ketersediaan peralatan
Data rate & throughput
Keamanan
Dan sistem support standar

Interferensi Narrowband

Keunggulan dari teknologi FHSS meliputi resistensinya yang lebih besar terhadap interferensi narrowband. Sistem DSSS mungkin lebih dipengaruhi oleh interferensi narrowband jika dibanding sistem FHSS karena sistem tersebut menggunakan band-band yang
 
berdekatan yang lebarnya 22 MHz, bukannya 79 MHz seperti yang digunakan pada sistem FHSS. Fakta ini mungkin menjadi suatu pertimbangan yang serius jika situs LAN nirkabel yang diusulkan berada dalam suatu lingkungan yang memiliki interferensi semacam itu.

Biaya

Pada saat mengimplementasikan suatu LAN nirkabel, keunggulan dari teknologi DSSS mungkin lebih perlu diperhatikan dibanding keunggulan sistem FHSS, lebih-lebih bila memiliki anggaran yang ketat. Biaya untuk mengimplementasikan suatu direct sequence system jauh lebih rendah jika dibanding dengan biaya frequency hopping system. Peralatan DSSS sekarang tersedia secara meluas di pasaran, dan pemakaiannya oleh banyak kalangan membantu menurunkan biaya. Beberapa tahun yang lalu, peralatan ini hanya bisa dijangkau oleh pelanggan yang berupa perusahaan. Sekarang, PC card, yang sesuai dengan standar 802.11b dengan kualitas yang sangat baik bisa dibeli dengan harga kurang dari $100. FHSS card yang cocok dengan standar 802.11 atau OpenAir standard secara tipikal memiliki harga yang berkisar dari $150 hingga $350 di pasar dewasa ini yang bergantung pada pabriknya dan standar yang bisa digunakan oleh card tersebut.

Ko-lokasi

Keunggulan dari FHSS jika dibanding DSSS adalah kemampuannya untuk menepatkan lebih banyak frequency hopping system secara bersamaan jika dibanding pada direct sequence system. Karena frequency hopping system merupakan frekuensi yang memiliki agilitas tinggi dan memanfaatkan 79 saluran diskrit, maka frequency hopping system memiliki suatu keunggulan ko-lokasi, dibanding direct sequence system, yang memiliki kolokasi maksimum 3 titik akses.

Perbandingan Ko-lokasi
Meskipun demikian, saat menghitung biaya perangkat keras FHSS system untuk mendapatkan throughput yang sama seperti pada sistem DSSS, maka keunggulan semacam itu segera hilang. Karena sistem DSSS dapat memiliki 3 titik akses pada lokasi yang sama, sementara throughput yang sama untuk konfigurasi ini akan sebesar:

3 access points x 11 Mbps = 33 Mbps
Pada kira-kira 50% dari rated bandwidth, throughput system DSSS akan sebesar:

33 Mbps/2 = 16,5 Mbps
Dalam konfigurasi ini, suatu sistem FHSS akan memerlukan 13 titik akses tambahan yang harus dibeli untuk mendapatkan throughput yang sama seperti sistem DSSS. Selain itu, jasa instalasi tambahan untuk unit-unit ini, tabel, konektor, dan antena semuanya juga perlu dibeli.

Seperti yang anda saksikan, terdapat keunggulan bagi ko-lokasi untuk tiap jenis sistem. Jika tujuannya adalah biaya yang rendah dan throughput yang tinggi, maka jelas teknologi DSSS akan lebih unggul. Jika tujuannya adalah untuk membuat user yang segmentasi menggunakan titik-titik akses yang berbeda pada suatu lingkungan kolokasi yang padat, maka FHSS merupakan alternatif yang tepat.

Kompatibilitas dan Ketersediaan Peralatan

WECA (Wireless Ethernet Compatibility Alliance) melakukan pengujian atas peralatan LAN nirkabel DSSS yang sesuai dengan standar 802.11b untuk menjamin bahwa peralatan semacam itu dapat bekerja pada kondisi adanya dan beroperasi bersama dengan piranti DSSS standar 802.11 lainnya. Standar interoperasibilitas yang diciptakan oleh WECA yang sekarang pemakaiannya disebut sebagai Wireless Fidelity, atau Wi-FiTM, dan piranti-piranti yang lolos uji interoperasibilitas ini disebut sebagai piranti yang memenuhi syarat Wi-Fi. Piranti-piranti dengan predikat Wi-Fi diijinkan untuk menempelkan logo Wi-Fi pada materi serta piranti pemasaran yang terkait yang memperlihatkan bahwa mereka telah diuji dan bisa berinteroperasi dengan piranti-piranti yang memenuhi syarat Wi-Fi lainnya.

Tidak dilakukan uji kompatibilitas semacam itu terhadap peralatan yang menggunakan FHSS. Memang terdapat standar seperti 802.11 dan OpenAir, namun belum ada organisasi yang melangkah lebih jauh untuk melakukan semacam pengujian kompatibilitas atas piranti FHSS sebagaimana yang dilakukan oleh WECA untuk DSSS. Karena popularitas radio yang memenuhi syarat standar 802.11b, maka jauh lebih mudah untuk memperoleh unit-unit ini. Terjadi permintaan yang meningkat atas radio yang memenuhi spesifikasi Wi-Fi, sementara permintaan akan radio FHSS masih cukup stabil, sekalipun mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Data rate & throughput

Frequency hopping system yang paling mutakhir lebih lambat dibanding sistem DSSS paling mutakhir utamanya karena data rate mereka hanya sebesar 2 Mbps. Sekalipun beberapa sistem FHSS beroperasi pada data rate 3 Mbps atau lebih namun sistem-sistem ini tidak memenuhi spesifikasi standar 802.11 dan mungkin tidak berinteroperasi dengan sistem FHSS lainnya. Sistem FHSS dan DHSS memiliki suatu throughput (data yang sungguh- sungguh dikirimkan) hanya sekitar setengah dari data rate-nya. Saat menguji throughput dari suatu instalasi LAN nirkabel baru, pencapaian sebesar 5-6 Mbps

pada setting 11 Mbps untuk DSSS atau 1 Mbps pada setting 2 Mbps merupakan hal yang biasa saat menggunakan sistem DSSS. HomeRF 2.0 menggunakan frequency hopping technology dengan band lebar untuk mencapai data rate 10 Mbps, yang pada gilirannya mencapai throughput aktual sekitar 5 Mbps. Yang menjadi persoalan adalah bahwa membandingkan HomeRF 2.0 terhadap sistem 802.11 atau 802.11b tidaklah seperti membandingkan buah apel. Perbedaannya adalah bahwa HomeRF memiliki output daya yang terbatas (125 mW) jika dibanding output pada sistem 802.11 (1 watt).

Pada saat wireless frames ditransmisikan, terdapat jeda (pause) antar data frame untuk sinyal kontrol dan tugas -tugas overhead lain. Dengan frequency hopping system, penjarakan antar frame ini tidak lebih panjang dibanding yang digunakan oleh direct sequence system, yang mengakibatkan pelambatan laju dari data yang sungguh-sungguh dikirimkan (throughput). Selain itu, pada saat frequency hopping system sedang dalam proses pengubahan frekuensi pancar, data tidak dikirimkan. Hal ini dapat diartikan adanya throughput yang hilang lagi, sekalipun hanya dalam jumlah kecil. Beberapa sistem LAN nirkabel menggunakan physical layer protocols yang dimilikinya untuk meningkatkan throughput. Metode ini bisa berjalan, yang menghasilkan throughput hingga setinggi 80% dari data rate tersebut, namun jika hal ini dilakukan, akan mengorbankan interoperasibilitas.

Penutup

Seperti yang pernah dibahas sebelumnya, DSSS banyak diterima pasar karena biayanya yang murah, kecepatan tinggi, dan memiliki standar interoperabilitas Wi-Fi dari WECA, dan masih terdapat banyak faktor lainnya. Penerimaan pasar ini hanya akan mengalami akselerasi akibat adanya industri yang bergerak ke arah teknologi yang lebih baru, dengan sistem DSSS yang lebih cepat, seperti perangkat keras LAN nirkabel yang memenuhi spesifikasi 802.11g dan 802.11a yang baru. Standar interoperasibilitas Wi-Fi5 yang baru dari WECA untuk sistem DSSS 5 GHz yang bekerja dalam band UNII akan membantu menggerakkan industri ke arah yang sama

dan lebih cepat seperti yang pernah dicapai sebelumnya. Standar baru untuk sistem FHSS meliputi HomeRF 2.0 dan 802.15 (untuk mendukung WPAN seperti Bluetooth), namun tak satupun untuk memajukan sistem FHSS pada sistem tersebut. Semua standar dan teknologi ini akan dibahas lebih lanjut pada Bab 6 (Organisasi dan Peraturan).

Sumber:
http://p3m.amikom.ac.id/
Baca Selengkapnya

Jasa Pembuatan Blog di Pacitan Hub 083845835817

Jasa pembuatan blog hubungi 083845835817
Fb : fb.com/lepenyellow

Kami menerima jasa pembuatan blog dengan harga murah meriah dan sangat terjangkau di pacitan.
Alamat : Jl. Teluk Tambora, Barehan sidoharjo pacitan RT/RW 02/12  .
Blog adalah media yang multi fungsi. Blog bisa digunakan untuk media berbagi informasi, iklan, branding, dan sebagainya.
Blog sekarang sudah dijadikan salah satu modal usaha oleh banyak pelaku usaha. Dengan menggunakan blog maka anda akan dimudahkan dalam hal promosi. Blog adalah investasi jangka panjang yaitu promosi gratis dengan memanfaatkan teknik optimasi mesin pencari sehingga posisi blog anda dapat bertahan di mesin pencari sampai bertahun-tahun.
Sekarang adalah saatnya anda menentukan pilihan yang penuh dengan peluang ini.
Baca Selengkapnya

Membaca dan Menulis apa bedanya ??


Silahkan simak perbedaan membaca dan menulis dalam kubu yang berbeda ckckck

A : Membacalah... gimana dia tau apa yang mau ditulis jika gak punya referensi.

B : Yakin, nggak bisa nulis tanpa referensi membaca? 
Apa hanya membaca yang bisa dijadikan referensi?

A : Kalau saya pribadi termasuk tipe yang mengedepankan referensi bacaan.

B : Berarti mbaknya sedang tidak belajar cara menjadi penulis.

A :  Penulis itu bentuknya variasi mas. Kalau hanya nulis status, tulis saja apa yang terlintas di pikiran, tapi jika bentuknya ilmiah tidak mengedepankan sumber bacaan, itu sama saja bunuh diri. Beda lagi kalau dia jurnalis, bukan hanya sumber bacaan dia yang akan melahirkan opini tapi juga fakta lapangan.

B : Kapan pertama kali mbak nulis?
Apakah waktu itu sebelum menulis mbak baca buku dulu lalu kemudian menulis?


A : Ayat pertama saja berbunyi, "Iqro!". Pertama kali saya pegang pena yang saya lakukan adalah mencoret, menggaris, menggambar (Karena ini adalah hal pertama yang dilakukan seorang anak : mengekspresikan apa yang termudah baginya untuk dilakukan) Kemudian diperlihatkan buku lalu saya mencontoh.Dari tiap huruf itu apa seorang anak dapat mengarangnya sendiri?

B :  "mengekspresikan apa yang termudah baginya untuk dilakukan."
Betapa beratnya seorang yang ingin menjadi penulis harus baca buku dulu sebelum menulis, sementara dia belum terbiasa menulis meski sudah bisa menulis.
 


Penjabaran bagus kok, mungkin lebih pas jika diletakkan di level seperti apa bidang penulisan yang ingin saya tekuni, bukan di level belajar cara menjadi penulis. 

A : Makanya saya bilang, penulis itu ragam bentuknya. Ya kalau level tulisan anak-anak, monggo... 

B : Point saya, belajar menjadi penulis. Bukan belajar tema apa yang harus ditulis. 

A : Maa sya Allah... berarti masnya belum menangkap komentar diatas. Bahkan untuk mengekspresikan hal termudah bagi seorang anak adalah dengan mencontoh.

Melihat dulu, means, membaca dulu. Nah, intensitas dan kuantitas membacanya itu yang saya rasa dikhaw
atirkan. Bagi pemula, menulis sesuai apa yang menjadi passion dia.

Misalkan dia suka fiksi, yang dia tulis nanti bisa berupa cerpen atau novel pendek. Dan ini bisa berdasarkan pengalaman pribadi atau pure imajinasi. Dan dalam perjalanannya dia kemungkinan akan mengalami stuck jika mengandalkan hal tersebut tadi, maka dari itu dia akan mulai mencari referensi bacaan.


B : Gimana ya... Memang sih, setahu saya nggak ada yang salah dari komen2 mbak. Mungkin kurang tepatnya adalah ketika saya ingin menghilangkan rintangan yang membebani orang yang "baru mau belajar", tapi mbaknya malah menjejali dengan rintangan2 tersebut.

Bahwa menulis itu nanti memang butuh referensi dengan membaca, saya setuju.


A : Ketika anjuran membaca dianggap menjejali dengan rintangan.... Ya, memang kita beda mazhab
 



   
 
Baca Selengkapnya